Laman

Kamis, 15 Oktober 2015

Empty.

Image taken here


Hari itu menjelang sore, namun adalah ide buruk tertidur di ruang tengah rumah ku, suara monyet monyet kecil ini membuat aku tidak bisa tertidur nyenyak

"Hei kalian! tidak bisa diam apa?!" teriak ku setengah terbangun. Mata ku berat sekali untuk tebuka.

"Ini bang, si Eno mengganggu kami bermain" ujar Sintia mengadu

"kaka, aku mau main" ujar Eno merajuk.
"iyah Hendri, lagian ini sudah sore mana baik masih tidur" timpal Yuki.
"Akh cerewet kalian " ujar ku sembari menutup kepala ku dengan bantal.

Hari ini aku menghadapi ujian, dan membuat ku belajar sampai larut malam, maka setiba pulang sekolah 2 jam tadi aku mencoba tidur, tapi apa daya anak anak kecil ini menggangu sekali, tidak bisa bisakah bermain video game dengan tenang, gerutu ku.

"Hendri, bangun!!, cepat mandi dan ganti pakaian mu"
"Sebentar lagi ma..." ujar ku mencoba terlelap kembali.
"Ayah akan segera pulang, sebentar lagi makan malam, jangan sampai ibu menyuruh mu kedua kali!"

Dengan rasa malas aku bangkit dari tempat duduk dan mengusap usap wajah ku, "iyah iya ma......., heeuhhhh". 

"Hei kalian, sudah bermain nya, bikin berisik saja!" ujar ku ketus sambil menuju kamar mandi. 

"Abang cerewet, weekkk! " timpal Sintia.

Susah sekali tenang tidur dirumah ini jika memiliki anggota keluarga sebanyak ini, hati ku menggerutu terus menerus.


Malamnya.....

"Hai anak anak, ayo makan" ujar ibu memanggil kami semua.

Aku pun turun dari lantai 2 kamar ku, perut ku lapar dan nanti malam harus begadang mengerjakan latihan soal-soal yang tiada henti nya karena sekarang aku akan menghadapi ujian Nasional.

"Iyah ma", saat itu aku melirik Yuki sudah bersiap siap akan pulang.

"Oh... Yuki mau pulang, tidak mau makan bersama disini??" ujar ibu.
"Terima kasih tante, tapi mama sudah menyiapkan makan malam di rumah" ujar nya menolak halus.
"Ok baiklah, sampai jumpa besok yah" timpal Ibuku.
  
Yuki hanya tersenyum mengangguk membuka pintu rumah kami.

"Dadah... yuki" teriak Sintia sebelum akhirnya ia menutup rumah. Setelah ia pergi, kami bersiap siap makan.

"Ibu perhatikan, Yuki semakin kurus, apa dia makan yang cukup yah?" ujar ibu menatap ke arah Sintia.
"Makan kok bu tapi sedikit " balas Sintia singkat.
Aku hanya mendengarkan obrolan mereka saja.

Yuki adalah teman sebaya dengan adik ku Sintia, mereka sama sama berada dalam 1 kelas di sekolah yang sama dengan ku, hampir setiap hari ia bermain di rumah ku ataupun sekedar mengerjakan PR, ya karena memang rumah nya dekat, hanya 15 meter dari rumah ku, Yuki adalah anak tunggal, ayah nya adalah seorang Auditor, tak khayal sering bepergian keluar kota selama beberapa hari, dan ibu nya 2 bulan ini baru saja kembali bekerja setelah menjadi ibu rumah tangga merawat Yuki. Namun ku perhatikan memang dia sedikit.... yah sedikit lebih kurus.
____________

Saat nya jam belajar, aku harus mengajari adik ku terlebih dahulu, dia memang suka menyusahkan ku dengan soal soal sekolah nya, lalu timbul rasa penasaranku dengan keadaan Yuki sebenarnya.

"Sintia, kalian kan berteman, kalo ke kantin dia ajak makan donk" aku memulai obrolan.
Sambil terus menulis tugas nya ia membalas "di ajak kok tapi jajan nya snack snack ringan kalo sudah di kelas di bagi bagi ke kawan, bekal juga di makan sedikit sekali, tapi kalo Sintia sih, juga gak mau makan, itu kan makanan siap saji yang di beli supermarket bang"

"Siap saji itu yang isi nya nasi sayuran gitu gitu yang di taruh di pendingin supermarket" timpal ku kaget.
"iyah yang kayak gitu, dipanaskan ibu nya sih tapi dia gak pernah makan habis, begitu aku ajak jajan makan dia malah beli snack"

Sintia benar, siapa yang mau tiap hari makan makanan seperti itu, aku mengerti, tapi yang aku tidak paham kenapa dia tidak makan di kantin saja, bukan kah uang saku nya banyak, mengingat ia anak tunggal.

"Hei bang Hendri, jangan bengong saja, ini gimana cara nya" Sintia mengejutkan ku
"Iyah iyah, mana sini abang lihat.., lho ini kan gampang, Sintia nya ajah yang malas mikir" ujar ku melirik.
Tak ayal, Raut wajah nya langsung jelek.
______________


Keesokan Malam hari nya.....

"Yeay aku menang lagi, hahahahaa... Victory Victory~~~~" Teriak Yuki.
"Akhhh,,  aku tidak mau main ini lagi, aku selalu kalah, coba yang lain sekarang" ujar Sintia kesal.
Yuki hanya tertawa girang.

Tiba tiba ibu datang menghampiri mereka bermain, "Sintia coba panggil abang mu sekarang untuk makan"
"ABANG TURUN, MAKAN!!! " teriak Sintia mengejutkan ibu, Yuki dan Eno.
"Ibu menyuruh mu memanggil ke atas, bukan teriak " bentak ibu kaget.
"Ibu tadi suruh manggil kan, bukan ke atas" ujar Sintia sambil tetap bermain.
"Aduh anak jaman sekarang antara bandel dan ngerjain orang tua beda tipis, Ayo sana ke atas sekarang!" gerutu ibu

Tap...tappp suara langkah ku turun "Hei Sintia, sekali lagi kau teriak, ku jewer kuping mu" 
"Iyah maaf bang, kalo aku ke atas, nanti aku kalah lagi dari Yuki" alasan Sintia
"hahahahaaa, alesan ajah" tawa Yuki meremehkan Sintia.
"Oh iya ayah pulang larut jadi kita makan duluan saja yah" sahut ibu
"Ok" ujar ku.

Aku menuju ruang keluarga dan memanggil mereka, "Hei kalian makan sekarang, ayah pulang malam sekali nanti"

"Iyah bang" sahut Sintia menuju ruang Keluarga.
"Yuki, kamu ikut makan yah" ujar ku.
"Iyah Yuki, kamu makan bersama kami yahhh" sahut ibu dari dapur.

Yuki agak berfikir dan melihat ke arah kami.

"Iyah boleh," ujar nya singkat dengan raut wajah malu.

Kami menuju ruang makan yang berada di dapur. Sebenernya kami sering menawari nya makan bersama, namun ia selalu menolak, aku sedikit kaget dengan jawaban nya hari ini.

"Nah ayo Hendri, kamu pimpin kami berdoa" .
"Iyah bu" ujar ku pelan.

Maka kami pun berdoa, biasanya ayah yang melakukan namun sejak aku laki laki tertua di rumah ini.

"Amin" ujar ku
"Amin" seru semua nya

"Nah Yuki tante buat sop hari ini, kamu suka sop, ini ada daging ayam nya"
"Suka tante" ujar Yuki kikuk.
"Aku benci sooopp...." rengek Eno.
"Jangan protes Eno, Oia.. Yuki, jangan malu malu ambil apa saja yang kamu suka" Ujar Ibu lagi.
Yuki hanya mengangguk.

"Iyah Yuki makan disini saja terus lalu kita main lagi" timpal Sintia.
Aku melirik ke Sintia tanda setuju.
"Aku tidak enak kalo terus terusan, makasih" ujar nya.
"Akhh Yuki malu malu niihhh " Ledek Sintia.
"Hushhh, saat nya makan Sintia" Ujar Ibu.

Nampak ia menikmati makanan dari ibu meskipun tidak selahap Sintia dan yang lain nya, tapi aku agak lega dia mau makan bersama kami.


Selesai Makan malam


"Tante terima kasih makan malam nya" Ujar Yuki sembari bergegas pulang.
"Kamu disini saja sambil mengerjalan PR dengan Sintia" Timpal ku.
"ummm.... tidak, makasih, nanti mama khawatir mencari aku" balas Yuki.

Aku hanya diam mendengar jawaban nya, Yuki pun bergegas menuju pintu keluar.

"Benar nanti ibunya mencari nya, Hendri kamu antarkan dia pulang, ini sudah agak malam" Ujar Ibu
Aku menghampiri nya di depan "Ayo ku antar".
Dia tertawa kecil.
"Hei jangan tertawa" ujar ku kesal.
"Rumah ku dekat, tidak perlu di antar, duluan yah" ujar nya pergi.

Aku hanya mengamini dengan rasa sedikit BT.

Malam semakin larut, jam sudah menunjukan pukul 11 malam, jangan merasa aneh, wajar saja kan laki laki seusia ku yang sebentar lagi yg masuk SMA membaca majalah ini, aku meminjam nya, sekedar Refresing Otak dari belajar, akhhh jangan pikir aku Mesum.

"Hoaaaammmmm....." aku menguap sejadi jadinya, aku mulai mengantuk, aku beranjak dari kasur ku untuk menutup gorden jendela ku, jika dari jendela ku, aku dapat melihat rumah Yuki dengan jelas, lampu rumah nya masih hidup, tanda mereka (orangtua Yuki) belum pulang. Lalu tiba tiba datang motor/Ojek berhenti di depan rumah nya. Aku melihat untuk kesekian kali nya atau mungkin tiap hari, ibu Yuki pulang selarut ini.
Aku juga tahu Yuki berbohong bahwa ia lah yang selalu menunggu mereka dengan cemas, tidak ada satu pun yang menunggu Yuki di rumah, memikirkan hal ini, aku jadi kasihan pada nya.


Keesokan nya


Biippp...Bipppp
Hp ku tiba tiba bergetar, ternyata ada pesan dari ibu

"Abang, tolong berikan 10.000 ke Sintia, tadi dia buru buru berangkat, jadi uang jajan nya ketinggalan, di rumah nanti mama ganti yah"

Saat itu bertepatan dengan jam istirahat mungkin karena itu ibu ku ingat, jadi aku segera menuju kelas nya, mungkin anak itu sekarang ngedumel karena uang jajan nya kurang. Kelas 1 gedung nya tepat berada di seberang Gedung kelas ku. Untung lah gak begitu jauh.
___________

Dikelas

"Makasih Yuki, kalo gak ada kamu, aku tidak jajan hari ini, nanti pulang aku ganti, hiksss" ujar Sintia terharu.
"jangan lebay deh" ujar Yuki tertawa.

"Hei Sintia, tuh di pintu ada abang mu" ujar teman kelas nya
"Ok, bentar yah" 
Sintia beranjak menghampiri ku.

"Abang ngapain??"
"Kamu sudah jajan yah?? berarti gak perlu abang pinjemin duit kan??
"Ehhh jangan donk, nanti pulang nya gimana??, mana sini?"
"Emang pulang nya naik angkot, nih" Ujar ku memberikan uang selembaran

Aku melirik ke arah Yuki dan kawan kawan nya, ternyata dia punya banyak teman dan terlihat lebih baik. Aku terlalu mengkhawatirkan hal ini.

"Yuki, kalo di perhatikan, abang Sintia itu tampan yah, tinggi pula, Tipe pacar Idaman, ehhehe" ujar Dea.
"iyahh, Aku iri deh ama Yuki, bisa main ke rumah Sintia bisa dekat ama abang nya" timpal Kiki.
"Aku gak dekat kok, aku sepanjang hari main Video game ajah ama Sintia" Balas Yuki.
"hahaha, tapi bisa deket kan bisa jadi peluang Yuki" ujar Dea
"Hei kita masih kecil, jangan berfikir pacaran dulu" Sahut Yuki lagi.
"Huh... pasti kata mama Yuki deh gak boleh pacaran" goda Kiky.

"Hei hei, kalian ngomongin aku yah??" Sintia mengagetkan.
"WooOOooo~~~ PD~~~ " balas mereka serempak.
"Biasa aja kali" tipal Sintia BT.
"Abang kamu kesini ngapain" tanya Dea
"Kepo deehhh~~~, ahahahahahhaaaaaaa~~~" sahut Sintia.

dan begitu lah para gadis kecil itu mengobrol.
___________________

Hari demi hari terlewati sampai suatu hari aku melihat nya semakin mengurus meskipun beberapa kali ia mau kami ajak makan di rumah.

"Tante, aku pulang dulu" Ujar Yuki mengakhiri permainan nya.
"Yuki gak mau makan bersama??" tanya ibu di dapur.
"Tidak tante, sudah kemaleman, aku makan dirumah sambil mengerjakan tugas saja" Sahut nya lalu pamit kepada kami semua.

Tiba tiba aku ingin mengejar nya.

"Yuki" teriak ku.
Ia berhenti dan melihat ku dengan kaget " Ada apa, kaget jadinya ???" ujar nya sambil mengelus dada.
"Eh maaf, gak maksud ngagetin, hahaha" ujar ku menghampiri nya.
"Aku antar yah" sambung ku lagi.

"Rumah ku kan dekat hen"
Aku tertawa sinis sembari mengelus kepala nya, " hei anak kecil, aku ini lebih tua dari mu, panggil abang donk, hahhaaa"

"Gak mau!, lagian ngapain ngenter?" balas nya sambil mengendus.

Iya juga sih pikir ku, tapi karena tiap hari bersama rasanya gak bisa mengabaikan keadaanya kesehatan nya begitu saja.

"Yuki, kenapa kamu selalu menolak makan bersama kami, dirumah kamu gak makan juga kan, lihat sekarang kamu semakin kurus" aku berkata to the point, aku khawatir dia marah.
"Aa.... aku sedang diet" ujarnya terbata-bata.
"Dasar bodoh, kamu ini masih anak anak, masih masa pertumbuhan, jadi sejak kapan harus DIET, makan yang cukup!"

ahhh~~ rumah kamu terlalu dekat, obrolan kami menjadi sangat singkat. Namun dia masih tidak bicara, aku jadi merasa tidak enak mengurusi urusannya.
"Sudah yah, aku hanya ingin bilang itu saja, bye"

Hening~~~

"Habis kalo dingin, sudah tidak enak lagi dimakan" Yuki berbicara, memecahkan keheningan antara kami. Aku merasakan aura yang sungguh, sungguh sedih. Aduh aku gak boleh kebawa.

"Kalo itu kan bisa dihangatkan di microwave, jangan malas" balas ku
"Masalah nya aku gak bisa menggunakan microwave, mama sering mengajarkan menggunakan nya tapi aku selalu lupa"

Aku hanya menghembuskan nafas lega, "kalo hanya itu masalah nya, biar aku ajarkan sekarang, gampang kok", lalu kami masuk ke dalam rumah nya.

Begitu masuk, sepertinya aku belum pernah masuk kedalam, benar benar besar namun terasa pengap, seperti tidak pernah terkena matahari, beberapa perabotan seperti lemari pun terlihat berdebu. Rasanya tidak nyaman.

"Dimana dapur nya??"
"Disana" ujarnya menunjuk ke arah kanan ku.

Dapur nya terlihat rapi, seperti tidak pernah ada kegiatan pernah terjadi di sini, aku pun menemukan Microwave nya.

"Begini, kau hanya perlu menekan tombol ini lalu kalo ingin menghangatkan hanya perlu mensetting 2-3 menit, tekan angka nya saja, nah kalo lebih simple tekan yang ada tombol bergambar warm, mengerti??"

Aku menoleh ke belakang " hei aku bicara sendiri ya??" ujar ku gusar. Yuki hanya duduk dibelakang ku, tepat di meja dapur nya, yang sudah tersedia seporsi makanan siap saji.


"Masalahnya, kalau aku hangatkan, aku akan makan sendiri disini, aku gak suka" ujar nya pelan dengan mata kosong ke arah ku.

Aku mengerti, dia hanya merasa kesepian tiap hari, juga berpura-pura tidak mendengarkan penjelasan ibu nya mengenai Microwave sebagai rasa kesal nya, berharap ibu nya mengerti bahwa ia tidak menyukai makanan itu tiap hari. Sayang, mereka tidak pernah mengerti.

"Dulu, ibu mau memasak meskipun rasa nya kurang enak, tapi dibanding ini, aku masih suka yang itu, tiap hari memberikan makanan ini, beberapa kali aku makan, tapi itu membuat ia berfikir aku suka. Padahal, aku hanya tidak ingin merepotkan nya"

Akupun mendengarkan nya seksama.

"Tapi ia semakin sibuk, dan pulang larut malam. Makanan yang aku tinggalkan selalu dia yang buang, namun saat pagi aku terbangun ia mengganti dengan yang baru, makanan saji lagi"

Entah komentar apa yang pas untuk situasi seperti ini, aku pun takut tidak dapat berkata kata dengan baik.

"hei!!" Yuki mengagetkan ku.
"Apa??" ujar ku kaget dan kikuk.
"Kenapa bengong?" Yuki mengatakan hal itu sambil tersenyum.

"Yauda, aku pulang dulu" ujar ku sambil masih memikirkan solusi untuk ini semua. Bukan hanya itu, dia mungkin sengaja tidak makan agar sakit dan mendapatkan perhatian orang tua nya namun belum berhasil. 
Tiba melihat pintu keluar, aku semakin berfikir keras.

"E..., Yuki, bagaimana kalo kamu bisa menghabiskan makan siang mu besok, aku akan mentraktir mu"
"Mau traktir apa?" Ujar nya yang terlihat tertarik.
"Traktir bakso"
Raut mukanya terlihat tidak suka "Tidak mau kalo cuman bakso, yang lain donk"


Kenapa jadi tawar menawar....?

"Suka pakai Pita, bando?"
"Gak banget!"
"Lollipop?"
"Gak!"

Aku tidak bisa berfikir lagi...

"Aku mau Es Krim"
"Kenapa gak bilang dari tadi??" aku menjadi kesal.
"Tapi bukan es krim stik, aku mau yang ada di cafe Delisioso, satu mangkuk penuh" Ujarnya tersenyum.

Sial, harganya kan lumayan, jajan 2 hari.


"Okeh, tapi harus habis yah, kalo engga bayar sendiri"
"Gampang, sore lusa yah"

Aku merasa senang bisa melakukan sesuatu hari ini.
"Aku pulang yah"

"Dadah~~~~" Ujar Yuki mengantar ku keluar lalu menutup pintu.

Sejenak aku berfikir apa yang sedang aku lakukan.


Keesokan Sore hari nya



Seperti biasa tidur di sofa ruang keluarga, aku melihat mereka sedang asyik bermain video game. Siang tadi disekolah aku menghubungi Sintia lewat HP. Aku tahu kalo Yuki hari ini menghabiskan makan siang nya, Ternyata cara ini manjur, tapi besok makan siang ku yang terancam.
"Bang Hendri kenapa???" tanya Eno, adik lelaki ku yang masih kelas 3 SD menghentikan lamunan ku. 
"Gak kenapa-napa, tanya ibu, makanan udah siap belum" 
Tiba Tiba suara telepon rumah ku berdering, karena sedang posisi yang enak aku pura pura tidak dengar. Sedikit mengintip, tertanya ibu yang menjawab. Aku pun Selamat, lalu aku pun melirik dan memberikan kode ke Yuki untuk mendekat kepada ku, lalu berbisik.

"Besok jam 1 tunggu di Cafe Delisioso, terlambat dikit, gak jadi"
Ia hanya mengangguk. 

"Kalian bisik bisik apa sih, abaaaang jangan kasih tahu cara menangin nya??" Sintia merajuk.
"Iyah Sintiaaaaaaa" ujar ku malas.
Ibu lalu datang memecah obrolan kami, "Yuki, ibu mu menelepon barusan, ia meminta mu pulang"
"Iyah tante, Sintia aku pulang dulu yah" Yuki beranjak dari tempat duduk nya agak berlari dan hampir terjatuh.
Raut wajah nya tiba tiba berubah, seperti nya bahagia sekali. Ku pikir bagus lah untuk nya. Aku merasa sedikit agak tenang.
Apa ini pertanda baik??
Aku masih memikirkan es krim besok.

Keesokan Siang nya...

Karena sudah memasuki akhir kelas 3, pelajaran sudah tidak banyak hanya latihan latihan soal maka jam pulang menjadi lebih cepat. Aku masih belum menentukan SMA mana nanti, swasta mungkin OK.

Sekalian bareng saja deh pulang nya, kalo sudah sampe rumah males lagi keluar, gumam ku.  Aku pun menunggu di sudut gedung kelas 1.

"Sial aku gak punya nomor nya, dan satu lagi kenapa aku bersembunyi begini yahh???"
Gak lama aku melihat semua siswa kelas satu berhamburan keluar. Aku berfokus pada kelas Yuki.
"Aneh, kenapa Sintia sendiri, apa Yuki gak masuk??". Akhirnya aku menunggu Sintia turun dari kelas nya lalu menghampiri nya.
"Sintia, kesini!" ujar ku. 
Sintia menghampiri ku setengah berlari.
"Kenapa bang? mau kasih duit yah??"
"enggak,btw mana Yuki?"
"Masih diatas, katanya nanti nyusul, jadi kami jalan harus, pelan, pelan..., gitu" 
"oh Yaudah sana pulang, abang mau main bola dulu, jangan kasih tahu mama, abang kelar sekolah jam segini"
"Duit"
"Huh! Mata Duitan, pulang sana!"

Lalu Sintia pergi menghampiri kawan nya yang lain, aku pikir mungkin ini cara Yuki agar tidak merasa sungkan dengan teman - teman nya. Lebih baik aku menunggu di tempat tadi, soalnya anak kelas 1 belum benar-benar bubar, bisa jadi gosip nanti.
5..10...hampir 15 menit tidak ada tanda tanda Yuki, jangan jangan aku kelewatan. Karena sudah sangat amat gerah, aku beranjak pulang tapi kalo dia masih diatas gimana yah. Karena aku belum melihat nya dari tadi. Dengan berat hati aku menuju ke lantai atas. Dan benar saja Kelas itu Kosong.
"Tahu gini pulang dari tadi" Ujar ku ketus. Aku pun pergi meninggalkan kelas nya, tiba Tiba Hp ku bergetar
"Bang, Yuki belum kelihatan, kalo ketemu bilang langsung kerumah ajah yah, abang masih disana kan??"
 Perasaan ku tiba tiba merasa tidak enak.

"Iyah abang masih disini, nanti abang kasih tahu dia"
"Ok bang, soalnya dari sejak masuk sekolah dia diam, dan gak banyak bicara. Hari ini aneh banget"
Kira kira kemana dia?? gak mungkin pulang, aku melihat gerbang dari tadi, masa bisa kelewatan. Apa ada hubungan dengan kemarin. Aku memiliki rasa penasran yang besar sampai tercetus sebuah pemikiran. Oia, bener banget, lebih baik aku naik ke atap gedung, pandangan akan lebih luas, lebih mudah juga aku memantau Gerbang keluar.

Tap.. Tap...Tiba diatas, rasanya kaki ku bergetar hebat seperti akan jatuh, bukan karena aku terburu buru menaiki tangga ke atap gedung tapi karena aku melihat sosok yang aku cari disana, menatap keluar, memandang seisi sekolah.

"YUKI ?!" Teriak ku.
Sosok itu berbalik memandang ku dan terlihat kaget, ia menangis.
"Hendri???" balasnya.
Aku memandanganya dengan penuh was was.
"Mundur dari sana, mau ngapain" sahut ku, perasaan ku menjadi tidak enak.

Ia tidak menjawab dan tidak bergerak sama sekali, mata nya merah, berarti sudah lama ia menangis dan berada disini. Aku berusaha mendekat namun terhenti, ia memberikan isyarat jangan mendekat.

"Mereka akan bercerai, hal itu yang ingin mereka sampaikan" Ujar nya pelan.

Aku tertegun, aku seperti sudah tahu akan seperti apa.

"Ibu memanggilku pulang hanya untuk menanyakan, aku lebih suka siapa, bersama Ayah atau Ibu. Dan ayah bukan lah dinas seperti biasa, mereka bertengkar Hendri, karena itu ayah tidak pulang seminggu. Dan aku bertemu dengan dia kemarin. Dia..., tidak banyak bicara. Sama seperti aku."

"Kenapa...?. aku hanya bertanya itu kepada mereka, tapi...., mereka diam tanpa saling menatap.

"Yuki..., bagaimana kalau kau kesini, kau membuat ku takut" Ujar ku gemetar, aku benar -benar takut saat itu.

"Rencana ku gagal Hendri, aku pikir saat aku kurus dan jatuh sakit nanti, mereka akan memperdulikan ku, mereka akan bersama merawat aku, tapi ternyata tidak. Mereka memperdulikan diri mereka sendiri"

"Tidak seperti itu Yu...." 
ia memotong kata-kata ku "Kau tahu, aku memiliki ide yang bagus yang ku pikirkan sejak malam tadi". Lalu ia memalingkan wajah nya dan mengatakan hal itu.

"Kalo aku jatuh lalu sekarat, mereka pasti akan datang bersama-sama kan, hendri?. Mereka akan merawat ku"

Aku pun berlari mendekati nya, berusaha menjangkau tubuh nya.

"Jangan mendekat !!! Aku akan jatuhkan diriku" Teriak nya mengancam sambil menangis lagi.
"Yuki, kalo kamu loncat, kamu tidak akan selamat, ini terlalu tinggi, TOLONG!!!" teriak ku karena aku begitu panik, berharap siapa pun mendengarkan ku.

"Kita tidak akan tahu kalo tidak mencoba kan?. Jika bisa membuat mereka rujuk, aku akan sangat senang. Aku tidak akan mati Hendri, ini bakalan berhasil" Ujar nya gemetar.
"Yuki, tetap disana...!!!!, aku janji akan bilang ke ibu mu, dia pasti mengerti"
"Kau tidak tahu artinya kehilangan, aku kehilangan mereka, aku tidak mau. Aku tidak mau rumah besar, mereka selalu bilang untuk kebaikan ku, agar aku tidak hidup susah, tapi aku tidak mau..., aku mau semua kembali. Kau tidak tahu ra....." spontan ia langsung menjatuhkan dirinya.

Aku berlari menangkap nya dengan penuh ketakutan, aku berhasil meraih lengan nya, tapi aku tidak kuat menahan. Seseorang tolong bantu aku.
"Pegang yang kuat Yuki!!!" teriak ku, aku melihat wajah nya..., dia nampak ketakutan, dia hanya anak 13 tahun yang berfikir pendek. Tangan ku mulai basah, aku tidak kuat lagi.
"TOLONG...!!!! TOLONG!!!!!" aku berteriak, tapi ternyata membuat ku lalai memegang nya. Ia terlepas, tidak...., aku yang melepaskan nya....
"Bang......"

Samar aku mendengar nya.
Aku ketakutan dan menangis histeris... menangis menyalahkan kebodohan ku, aku tidak mampu melihatnya. 
Kali pertama dalam hidup ku, aku sangat takut.

2 Hari kemudian....


Saat semuanya sudah bubar, aku masih tinggal disana, di pemakanan nya. Aku tidak menangis hari itu, tapi aku merasakan ada dari diriku yang ikut terkubur hari ini.

"Hendri, ayo kita pulang" Ujar ayah menepuk pundak ku. Aku enggan menjawab nya.

"Ini bukan kesalahan mu, semua sudah takdir nya, jangan mempersalahkan dirimu" suara ayah sungguh lembut ku dengar.
"Hari itu, aku berjanji padanya ayah, tapi tidak dapat ku tepati namun meskipun begitu ia menepati janji nya. Hanya Aku... hanya aku yang gagal"
Hari terberat dalam hidup ku.
Bagaimana bisa anak sekecil itu menanggung beban sebesar ini.
Rasanya aneh, rasanya seperti kemarin ia masih ribut di sana, namun sekarang ruangan itu terasa lebih sunyi.
Ruang Keluarga ku menjadi sunyi. 
Yuki, apa kau tenang disana......
Rencana mu tidak sepenuh nya Gagal namun....
Bisakah kau rasakan penyesalan ku, disini??

END.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Makasih sudah baca, komentar boleh asal gak SARA dan ke arah negatif